Salah seorang murid Nasruddin di sekolah bertanya,
"Manakah keberhasilan yang paling besar : orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu ?"
"Nampaknya ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya," kata Nasruddin.
"Apa itu?"
"Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya."
13.AH, KURASA AKU TAHU SEBABNYA
Nasruddin bersantai di bawah pohon arbei di kebunnya. Dilihatnya seluruh kebun, terutama tanaman labu yang mulai berbuah besar-besar dan ranum. Seperti biasa, Nasruddin merenung.
"Aku heran, apa sebabnya pohon arbei sebesar ini hanya bisa menghasilkan buah yang kecil. Padahal, labu yang merambat dan mudah patah saja bisa menghasilkan buah yang besar-besar."
Angin kecil bertiup. Ranting arbei bergerak dan saling bergesekan. Sebiji buah arbei jatuh tepat di kepala Nasruddin yang sedang tidak bersorban.
"Ah. kurasa aku tahu sebabnya."
14.BATU DAN ANJING
Nasruddin yang yang telah mengunjungi suatu kota untuk beberapa urusan pribadi. Malam itu adalah malam musim dingin yang sangat dingin sekali ketika ia tiba. Ketika ia mencari penginapan, seekor anjing menggonggong dan mengejar dia. Tak mau kalah, Nasruddin kemudian membungkuk mengambil batu dari jalan untuk melempar binatang itu. Namun Ia tidak bisa mengambil batu itu karena batu telah membeku menjadi satu dengan bumi.
"Kota ini sangat aneh !", kata Nasruddin, "Mereka mengikat batu dan membiarkan anjing bebas berkeliaran."
15.SEKARANG AKU SUDAH BENAR-BENAR BASAH
Nasruddin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak terlalu dikenal berada di dekatnya, dan kemudian menolongnya pada saat yang tepat. Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nasruddin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nasruddin berterima kasih berulang-ulang.
Suatu hari, untuk yang kesekian kalinya, orang itu menyinggung peristiwa itu lagi. Nasruddin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasruddin langsung melompat ke air.
"Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!"
16.JANGAN MENGOBRAL JANJI
Nasruddin berlayar dengan kapal besar. Cuaca cerah menyegarkan, tetapi Nasruddin selalu mengingatkan orang akan bahaya cuaca buruk. Orang-orang tak mengindahkannya. Tapi kemudian cuaca benar-benar menjadi buruk, badai besar menghadang, dan kapal terombang ambing nyaris tenggelam. Para penumpang mulai berlutut, berdoa, dan berteriak-teriak minta tolong. Mereka berdoa dan berjanji untuk berbuat sebanyak mungkin kebajikan jika mereka selamat.
"Teman-teman!" teriak Nasruddin. "Jangan boros dengan janji-janji indah! Aku melihat daratan!"
17.JUBAH HITAM NASRUDDIN
Nasruddin berjalan di jalan raya dengan mengenakan jubah hitam tanda duka, ketika seseorang bertanya, "Mengapa engkau berpakaian seperti ini, Nasruddin? Apa ada yang meninggal."
"Yah," kata Nasruddin, "Bisa saja terjadi tanpa kita diberi tahu."
18.BAJU DAN KUDA: SALAH ORIENTASI
Nasruddin diundang berburu, tetapi hanya dipinjami kuda yang lamban. Tidak lama, hujan turun deras. Semua kuda dipacu kembali ke rumah. Nasruddin melepas bajunya, melipat, dan menyimpannya, lalu membawa kudanya ke rumah. Setelah hujan berhenti, dipakainya kembali bajunya. Semua orang takjub melihat bajunya yang kering, sementara baju mereka semuanya basah, padahal kuda mereka lebih cepat.
"Itu berkat kuda yang kau pinjamkan padaku," ujar Nasruddin ringan.
Keesokan harinya, cuaca masih mendung. Nasruddin dipinjami kuda yang cepat, sementara tuan rumah menunggangi kuda yang lamban. Tak lama kemudian hujan kembali turun deras. Kuda tuan rumah berjalan lambat, sehingga tuan rumah lebih basah lagi. Sementara itu, Nasruddin melakukan hal yang sama dengan hari sebelumnya.
Sampai rumah, Nasruddin tetap kering.
"Ini semua salahmu !" Teriak tuan rumah, "Kamu membiarkan aku mengendarai kuda brengsek itu!"
"Masalahnya, kamu berorientasi pada kuda, bukan pada baju."
19.APA ARTINYA NASIB, NASRUDDIN?
"Apa artinya nasib, Nasruddin ?"
"Anggapan - anggapan."
"Bagaimana ?"
"Begini. Engkau menganggap bahwa segalanya akan berjalan dengan baik, tetapi kenyataannya tidak begitu. Nah itu yang kau sebut nasib buruk. Atau, engkau punya anggapan bahwa hal-hal tertentu akan menjadi buruk, tetapi nyatanya tidak terjadi, kau menyebut Itu nasib baik namanya. Engkau punya anggapan bahwa sesuatu akan terjadi atau tidak terjadi, kemudian engkau kehilangan kendali atas apa yang akan terjadi, dan akhirnya berasumsi bahwa masa depan tidak dapat ditebak. Ketika engkau terperangkap di dalamnya, maka engkau namakan itu nasib."
20.API ! API ! API !
Hari Jum`at itu, Nasruddin menjadi khatib Shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jamaah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah Nasruddin,
"Api ! Api ! Api !"
Segera saja, seisi masjid terbangun, membelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya,
"Dimana apinya ?"
Nasruddin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh pada yang bertanya,
"Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah."
21.UANG MIMPI NASRUDDIN
Pada suatu malam, Nasruddin bermimpi indah sekali. Dalam mimpi itu, ketika ia sedang duduk-duduk sendirian di tepi jalan, tiba-tiba ada seseorang mendekatinya. Orang itu kelihatannya baik sekali hatinya dan kaya. Ia meletakkan sekeping uang emas di atas telapak tangan Nasruddin. Kemudian, sekeping lagi dan sekeping lagi. Terus demikian sampai ada sembilan keping uang emas di telapak tangan Nasruddin. Kemudian ia berhenti. Nasruddin tahu orang itu memiliki sepuluh keping uang emas, oleh karena itu ia berkata,
"Tuan, berikan sekeping yang lain itu juga kepada saya!"
Orang itu menggeleng. Nasruddin berteriak lebih keras. "Tuan, berikan sekeping uang itu kepada saya biar lengkap berjumlah sepuluh keping uang saya."
Pada waktu itu juga Nasruddin terbangun dan langsung ia melihat ke telapak tangannya, tentu saja sama sekali tidak ada uang emas. Cepat-cepat Nasruddin menutupkan matanya kembali dan berteriak, "Baiklah yang satu tidak usah Tuan, yang sembilan saja. Tolong dikembalikan kepada saya lagi."